Posts Tagged ‘ittiba’’

Seputar Ziarah Kubur

Ziarah kubur bagi wanita

Ziarah kubur bagi laki-laki adalah hal yang disunnahkan, sedangkan bagi wanita masih diperselisihkan hukumnya. Sebagian ulama menganjurkan, sebagian lagi mengharamkan , sebagian lagi memakruhkan, dan sebagian lagi membolehkan dengan syarat tidak sering melakukannya. Masing-masing punya dalil dalam hal ini, dan setelah diamati, agaknya pendapat terakhirlah yang rajih karena bisa mengkompromikan dalil-dalil yang ada, wallahu a’lam. Pun demikian, ada syarat-syarat lain yg harus dipenuhi, yaitu: tidak boleh berhias, tidak boleh meratap, bisa mengendalikan diri, dan memakai busana muslimah.

Berkaitan dengan ziarah kubur bagi wanita, Novel mengatakan: “Sebagaimana kaum pria, para wanita juga diizinkan untuk berziarah, selama tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh Agama. Bahkan mereka dianjurkan untuk menziarahi kubur para Nabi dan ulama untuk mendapatkan keberkahan mereka” [1]. (lebih…)

Antara Bid’ah dan Mashalih mursalah

            Saudaraku seiman, yang akan kita bahas kali ini sangatlah penting, yaitu persamaan dan perbedaan antara bid’ah dan mashalih mursalah. Dalam buku Mana Dalilnya 1, si penulis tak bisa membedakan antara bid’ah dan mashalih mursalah, akibatnya  ia menggolongkan hal-hal yang merupakan mashalih mursalah ke dalam bid’ah[1]). Seperti ketika menjelaskan  bid’ah wajib, ia mengatakan:

Bid’ah wajib ialah bid’ah yang harus dilakukan demi menjaga terwujudnya kewajiban yang telah ditetapkan Allah. Diantaranya adalah: (lebih…)

Seputar Istighatsah

 Definisi istighatsah ala jahiliyah

Pembaca yang budiman, sungguh mengherankan memang, ketika orang yang hidup di abad 21 dengan berbagai kemajuan Iptek-nya masih berpikir ala jahiliyah. Masih mending jika keyakinan tersebut berangkat dari kebodohan karena ia tinggal di tengah hutan belantara, atau di daerah terpencil yang tak pernah mengenyam pendidikan. Namun jika ia mengaku ‘terpelajar’ dan masih mempercayai takhayul bahkan mengajak orang kepada hal tersebut, maka orang ini perlu kita waspadai… pasti ada udang di balik batu! Saya sudah berusaha untuk khusnudzon terhadap Novel dari awal buku ini. Akan tetapi, setelah membaca masalah istighatsah di akhir bukunya, saya terbakar rasa cemburu… cemburu akibat dilanggarnya hak-hak Allah atas nama syariat! Coba perhatikan bagaimana si Qubury ini mendefinisikan istighatsah (hal128): (lebih…)

Bissmillahirrahmaanirrahiem…

Adalah musibah besar ketika umat kehilangan ulama-ulama robbani-nya. Musibah ini mengakibatkan sejumlah mafsadat nyata. Yang paling besar di antaranya ialah: makin beraninya ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu dalam mendakwahkan bid’ah dan kesesatan mereka. Imam Al Aajurry mengatakan dalam kitab “Akhlaqul Ulama”: “ Para ulama ibarat pelita manusia, penerangan negara, dan tonggak kejayaan umat. Mereka ibarat sumber hikmah yang selalu memancing kemarahan setan. Melalui mereka, hati pengikut kebenaran akan hidup, dan hati pengikut kesesatan akan mati. Perumpamaan mereka di bumi ibarat bintang-bintang di langit, yang menjadi petunjuk di kegelapan malam saat berlayar di tengah lautan. Jika bintang-bintang itu hilang, bingunglah para pelaut tak karuan; dan begitu cahayanya terlihat, barulah mereka bisa melihat di kegelapan”.

(lebih…)

Berbekal seminar di Mesjid Muniroh tadi, Ahmad semakin tertarik untuk mengikuti kajian-kajian yang mengacu ke manhaj Salaf. Pengajian favoritnya adalah di Mesjid Istiqomah Penumping, yang di antaranya diasuh oleh ustadz AM. Mengingat Solo adalah sarang berbagai aliran, dari yang ekstrim kiri hingga ekstrim kanan, wajar saja bila yang mengajarkan manhaj Salaf kadang mengadopsi pemikiran harakah dan semisalnya. Demikian pula orang yang besar di Solo seperti Ahmad. Ketika minat bacanya demikian besar terhadap buku-buku agama (yakni sekitar tahun 1995 kesini), ia tidak banyak mendapati buku-buku ‘salafi’, yang banyak beredar justeru buku-buku ‘haraki’. Sedikit demi sedikit ia pun terwarnai oleh buku-buku tersebut. Ia pun mulai membaca lebih jauh. Meski tidak menjadi haraki tulen, Ahmad tetap menaruh simpati kepada orang-orang haraki, terutama yang tetap mengacu kepada manhaj salaf dalam beberapa sisi, seperti akidah dan ibadah. (lebih…)

kisah para nabiIkhwati fillah, sungguh, tiada kitab yang lebih indah dari Al Qur’an… kitab yang menjelaskan segalanya dengan penuh hikmah. Ketika mengabarkan sesuatu, maka kabarnya adalah yang paling benar dan nyata… lalu ketika menyebut suatu perintah atau larangan, maka itulah perintah dan larangan yang paling utama dan relevan… dan ketika menyebut janji atau ancaman, maka itulah yang paling sesuai dengan hikmah Allah serta fadhilah-Nya.       

            Demikian halnya saat Al Qur’an bercerita tentang para nabi dan rasul, pastilah mereka yang diceritakan lebih sempurna dan mulia dari yang lain. Karenanya, Al Qur’an sering kali mengulang-ulang kisah sebagian Nabi yang dinilai lebih afdhal dari lainnya… ia mengangkat kedudukan mereka lewat (lebih…)

mana_dalilnya_2_front_covSyubhat 2:

Anjuran Sebagian Salaf Untuk Merayakan Maulid

Dalam bukunya, Ustadz Novel mengutip pendapat sebagian salaf[1]) tentang dianjurkannya maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Setelah merujuk ke sumber aslinya, kami dapati bahwa buku yang jadi rujukan tersebut tidak mencantumkan sama sekali sanad setiap riwayat yang dinukil di sana. Padahal penulis buku itu [2]) hidup pada abad ke 14 Hijriah (wafat th 1310 H), lalu dari mana ia menukil riwayat-riwayat tadi? Tentunya cara seperti ini sangat tidak ilmiah, apalagi untuk menetapkan praktek-praktek ibadah yang tidak ada dalilnya. (lebih…)

sunnahSebagai pelengkap dari tulisan sebelumnya, berikut ini adalah wasiat-wasiat berharga dari para salaf yang lebih memperjelas akan pentingnya ittiba’ (mengikuti) dan bahayanya ibtida’ (membuat bid’ah). Sebagian besar mutiara hikmah ini kami nukil dari kitab Al Wajiez fi Aqidatis Salafis Shaleh Ahlissunnah wal Jama’ah, oleh syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsary –hafidhahullah– jilid 1 hal 153-160.

1. Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu :

كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أََصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا ؛ فإَِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالاً ؛ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

(رواه ابن بطة في الإبانة)

“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka takutlah kepada Allah wahai orang yang gemar beribadah, dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu” (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah). (lebih…)

Ini Dalilnya!

Posted: 19 Mei 2009 in bantahan, Salaf
Tag:, , , ,

Bahagian Pertama

Memahami Akar Permasalahan & Solusinya

mana dalilnya1 1

Dalam kitabnya yang terkenal, Al Imam Al Hafizh Ibnu Rajab –rahimahullah– menjelaskan, bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai hadits-hadits yang disebut sebagai poros Islam (madaarul Islaam). Diantara pendapat yang beliau nukil di sana ialah pendapat Imam Ahmad bin Hambal[1]), Imam Ishaq ibnu Rahawaih[2]), Imam Utsman bin Sa’id Ad Darimy[3]), dan Imam Abu ‘Ubeid Al Qaasim bin Sallaam[4])rahimahumullah-. Akan tetapi dari sekian pendapat yang beragam tadi, semuanya sepakat bahwa hadits ‘Aisyah berikut merupakan salah satu poros Islam: (lebih…)

mana_dalilnya_2_front_cov

Syubhat 1:

Rasulullah shallallaahu ‘alaih wasallam Tidak Pernah Melarang Maulid

Dalam buku Mana Dalilnya 2, Ustadz Novel mengakui bahwa peringatan Hari Besar Islam adalah bid’ah hasanah. Ia mendasarkan pendapatnya pada kenyataan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaih wasallam tidak pernah melarang umatnya untuk merayakan maulid Nabi shallallaahu ‘alaih wasallam, (lebih…)