Arsip untuk November, 2009

Dalam sepak terjangnya, Tanzhim Al Qaedah telah banyak melakukan operasi militer dengan dalih menyerang Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Sebut saja peledakan kedutaan Amerika di Nairobi Kenya dan Darussalaam Tanzania. Hal itu terjadi pada tahun 1998 dan menewaskan lebih dari 200 orang, di antaranya 12 orang Amerika. Menyusul penyerangan ke menara kembar WTC tahun 2001 yang juga diklaim sebagai kerjaannya Al Qaedah, dengan korban tewas ribuan orang. Kemudian tahun 2003 dengan target serangan Komplek pemukiman Al Muhayya di Riyadh, yang menewaskan puluhan orang, termasuk 17 orang muslim yang tinggal di sana. Disusul dengan peledakan kedutaan AS di Amman Yordania, yang menewaskan sekitar 60 orang muslim dan melukai 115 orang lainnya. (lebih…)

INILAH.COM, Rabat � Maroko, Jumat (6/3), memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Hal ini dilakukan sebagai reaksi atas pernyataan seorang pejabat Iran yang mempersoalkan kedaulatan Bahrain.

“Kerajaan Maroko telah memutuskan untuk menghentikan hubungan diplomatiknya dengan Republik Islam Iran mulai Jumat ini,” Kementerian Luar Negeri Maroko mengatakan dalam pernyataan tiga baris. (lebih…)

INILAH.COM, Jakarta – Direktorat IV Narkoba Bareskrim Mabes Polri menggagalkan peredaran sabu jaringan internasional yang melibatkan WN Amerika dan WN Iran.

Wakabareskrim Mabes Polri Irjen Pol Dikdik Mulyana Arif, didampingi Wakadiv Humas Brigjen Silistyo Ishak dalam keterangan pers, Rabu (21/10) siang, mengatakan barang bukti yang berhasil disita dari kedua tersangka berjumlah 5668 gram shabu kristal. (lebih…)

INILAH.COM, Teheran – Meski negara Islam, bukan berarti Iran tak punya masalah dengan pecandu narkoba. Laporan terakhir bahkan menyebutkan ada 130 ribu pecandu baru setiap tahunnya. Wew!

“Sekitar 130 ribu orang di Iran menjadi pecandu obat bius setiap tahunnya. Sebanyak 930 ribu dari 70 juta penduduk kecanduan heroin dan opium. Jumlah tersebut akan meningkat jadi 1 juta jika obat bius lainnya dimasukkan,” papar Kepala Kepolisian Iran, Esmail Ahmadi-Moghaddam, seperti dikutip Reuters, Senin (16/11). (lebih…)

INILAH.COM, Jakarta – Petugas pengawasan dan pelayanan bea cukai di tipe madya Bandara Soekarno Hatta dalam dua hari mengagalkan penyelundupan narkoba berjenis sabu senilai 184, 121 miliar.

Kepala Kantor PPBC, Bahaduri Wijayanta, Rabu (21/10), mengatakan pihaknya mengamankan 10 tersangka yang berwarga negaraan Iran. 8 diantaranya adalah wanita. Ironisnya lagi, enam diantara 8 wanita tersebut mengenakan jilbab.

Dijelaskannya, awalnya Senin 19 Oktober 2009 sekitar pukul 15.05 WIB petugas mengamankan 3 WN Iran, masing-masing berinisial MRN, KMS, dan MS yang tiba dengan pesawat Malaysia Airlines MH 721. Dari tangan ketiganya, ditemukan 15 bungkus sabu dengan berat 9872 gram yang disembunyi dalam 15 bungkus di kemasan makanan jadi. “Estimasinya senilai 21, 718 miliar,” ujarnya.

(lebih…)

Akhir-akhir ini kaum muslimin di seluruh dunia sedang dilanda fitnah besar. Fitnah tersebut dihembuskan oleh dua golongan Ahli Bid’ah yang tergolong musuh Islam terbesar. Pertama fitnah Syi’ah, yang diwakili oleh Iran dan Hizbullah-nya. Golongan ini sepintas muncul sebagai pahlawan kaum muslimin dan simbol perlawanan terhadap kedigdayaan AS dan Israel yang selama ini telah banyak menyakiti umat Islam. Fitnah semakin menghebat tatkala Hizbullah yang dipimpin oleh Hasan Nasrallah terlibat perang hebat dengan Zionis Israel selama 34 hari pada tahun 2006 yang lalu. Perang besar tersebut dipicu oleh kegegabahan Hizbullah yang menculik dua orang serdadu Israel tanpa berkonsolidasi terlebih dahulu dengan pemerintah Lebanon, hingga demi membebaskan dua orang serdadunya tadi, Israel membombardir seluruh wilayah Lebanon hingga memporakporandakan negeri yang Indah tersebut, dan menyebabkan kerugian sekitar 2.5 miliar Dollar. Di samping itu, korban yang tewas di kalangan rakyat sipil mencapai 1000 orang lebih. Pun demikian, dunia menganggap Hizbullah lah yang menang karena Israel tidak berhasil menghancurkan sistem pertahanan roket Hizbullah meski telah membombardir Lebanon demikian hebat.[1]

Mata kaum muslimin pun terpaku menyaksikan patriotisme pasukan Hizbullah yang dengan ‘gagah berani’ menyerang tank-tank Merkava Israel, hingga berhasil menghancurkan 50 buah di antaranya. Bahkan disinyalir Hizbullah telah menembakkan 4000 roket dari 15000 roket yang dimilikinya ke wilayah Israel yang padat penduduk, hingga menyebabkan sejumlah 300 ribu yahudi diungsikan. Hasan Nasrallah pun mengeluarkan statemen-statemen yang dinilai pedas kepada Israel hingga Israel hengkang dari selatan Lebanon yang notabene adalah wilayah kaum Syi’ah. Nasrallah bahkan mengklaim akan membebaskan Masjidil Aqsha dari kekuasaan Yahudi dan seterusnya, hingga statemen tadi membikin sebagian kaum muslimin terkagum-kagum kepadanya, dan menjulukinya sebagai Khomeini Arab dan Khalifatul Muslimin. (lebih…)

Sekitar tahun 80-an, banyak orang-orang yang menamakan anaknya dengan Ayatullah dan Al Khomeini, salah satunya adalah teman SD saya yang namanya Ramatullah Al Khomeini. Entah berapa banyak kaum muslimin yang terkagum-kagum dengan sosok ‘Khomeini’ sebagai pemimpin revolusi Iran. Kekaguman tersebut sebenarnya bisa dimaklumi mengingat banyaknya orang yang tertipu sejak dahulu oleh sosok kakek tua dengan jenggot putih lebat yang “Zuhud” ini. Kekaguman yang sama juga pernah terjadi pada sosok Saddam Hussein saat perang teluk tahun 90-an meletus. Bahkan saya masih ingat sebuah pemberitaan di salah satu stasiun televisi bahwa ada sekitar 300-an bayi yang lahir dinamakan Saddam Hussein, dan semua bayi tersebut adalah orang Indonesia!

Demikianlah karakter bangsa kita yang demikian latah dan mudah bersimpati. Sekali lagi itu bisa dimaklumi mengingat Indonesia sendiri adalah bukan negara Islam, namun negara Pancasila dan UUD ’45. Artinya, meski mayoritas rakyat Indonesia adalah muslimin Ahlussunnah bermadzhab Syafi’i, akan tetapi mereka rata-rata jahil terhadap pokok-pokok ajaran Ahlussunnah itu sendiri. Ini merupakan salah satu buah manis dari sekulerisme yang diadopsi dalam pendidikan-pendidikan di sekolah Negeri selama ini.

Saya berkata demikian karena saya sendiri pernah mengenyam pendidikan Negeri selama enam tahun. Hasilnya? Ya beginilah… tidak bisa mengenali yang hak dari yang batil, dan tidak membedakan mana kawan dan mana lawan… kalau saja Allah tidak berkenan memberi hidayah kepada saya hingga tergerak untuk mempelajari agama lebih dalam dari sumber yang otentik.

Salah satu fitnah besar yang melanda kaum muslimin di era 80-an adalah fitnah Revolusi Iran. Bagaimanakah hakikat revolusi Iran tersebut? Siapakah tokoh-tokohnya? Benarkah Iran adalah negara Islam? Insya Allah kami akan mencoba memberikan jawaban atas itu semua melalui tulisan ini. Dan perlu diketahui, bahwa dalam menulis artikel ini saya banyak merujuk kepada sebuah buku yang ditulis oleh mantan orang dekatnya Khomeini, yaitu DR. Musa Al Musawi. Beliau adalah mantan tokoh Syi’ah yang kemudian taubat setelah mengetahui berbagai kesesatan dan kebobrokan ajaran Syi’ah. Beliau sendiri telah menulis beberapa buku tentang hal itu, dan mengalami beberapa percobaan pembunuhan karenanya. Yang terbaru dari tulisan-tulisan beliau adalah kitab Ats Tsaurah Al Baa-isah, yang tak lain adalah buku yang kami maksud.

Tulisan ini adalah sebagian kecil dari apa yang beliau paparkan dengan sangat indah dan ilmiah tentang Revolusi Iran, yang insya Allah jika tersisa waktu, saya akan menerjemahkannya secara keseluruhan. (lebih…)

Berbekal seminar di Mesjid Muniroh tadi, Ahmad semakin tertarik untuk mengikuti kajian-kajian yang mengacu ke manhaj Salaf. Pengajian favoritnya adalah di Mesjid Istiqomah Penumping, yang di antaranya diasuh oleh ustadz AM. Mengingat Solo adalah sarang berbagai aliran, dari yang ekstrim kiri hingga ekstrim kanan, wajar saja bila yang mengajarkan manhaj Salaf kadang mengadopsi pemikiran harakah dan semisalnya. Demikian pula orang yang besar di Solo seperti Ahmad. Ketika minat bacanya demikian besar terhadap buku-buku agama (yakni sekitar tahun 1995 kesini), ia tidak banyak mendapati buku-buku ‘salafi’, yang banyak beredar justeru buku-buku ‘haraki’. Sedikit demi sedikit ia pun terwarnai oleh buku-buku tersebut. Ia pun mulai membaca lebih jauh. Meski tidak menjadi haraki tulen, Ahmad tetap menaruh simpati kepada orang-orang haraki, terutama yang tetap mengacu kepada manhaj salaf dalam beberapa sisi, seperti akidah dan ibadah. (lebih…)